Senin, April 06, 2009

PENANTIAN KEPEMIMPINAN UMMAT

Setelah jatuhnya Turki Utsmani tahun 1924 M harapan ummat untuk lahirnya kembali PEMIMPIN seperti di era Salahuddin Al Ayyubi sampai kepada Sultan Hamid kedua, menajdi penantian panjang. Kapan dan dimana kepemimpinan itu muncul ? Kerinduan akan lahirnya Pemimpin yang BERIMAN DAN BERTAQWA tidak pernah padam dan surut. Siapa dan bagaimana pemimpin yang dinanti-nantikan ummat itu ? Inilah yang akan disajikan dalam kajian singkat ini:

MA’NA (DEPENISI) PEMIMPIN;

Dari berbagai sudut pandan ulama, tentag pemimpin seperti:

A. Addahlawie ; ا لر يـا سـة ا لـعـا مـة لاقا مـة ا لـد بـن بـا حـيـاء ا لعـلوم ا لد ين وبا قـا مـة الاسلام

Kepala pemerintahan secara umum untuk menegakkan agama dan menghidupkan ilmu agama serta serta melaksanakan seluruh lini kehidupan Islam.

B. Al Tiftaazanie;أ لخـلافـة هـي رئـا سـة عـا مـة في أمـر ا لديـن وا لد نيـا خـلافة عن رسول اللـه

Pemimpin adalah kepala pemerintahan secara umum yang mengatur urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasul menjelankan amanah.

C. Al Mawardie; ا لا مـامـة؛ مـوضـوعـة لخلاف النبوة في حـرا س ا لد ين وسـيا سـة ا لد نيـا

Pemimpin adalah orang yang menjelankan amanah kekhalifaan nabi dalam rangka memelihara nilai nilai agama dan menjelankan politik kekuasaan mengurus kemeslahatan ummat.

Dari pengertian pemimpin tersebut yang didepenisikan oleh Ulama mengandung makna yang sama, tujuan yang sama serta materi yang sama yaitu dalam rangka kemeslahatan ummat dan tegaknya nilai agama dengan terlaksananya ATURAN YANG DISYARIATKAN OLEH ALLAH SWT. Dan siapakah yang dapat memikul beban berat ini? Al Qur`an Sunnah Rasulullah yang memberikan jawaban; Allah berfirman dalam Al Qur`an surah Yunus ayat ; 62 dan 63

Sesungguhnya Wali wali Allah (pemimpin ) yang berwali pada Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, Yaitu orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Dengan demikian pemimpin harus memeliki dua keperibadian dasar yaitu ;

*. Beriman; sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka ayang berwali pada Allah SWT. Yang artinya Mencintai apa yang dicintai oleh Allah, ridha terhadap ridha Allah, benci apa yang dibenci oleh Allah, melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi serta melarang apa yang dilarang oleh Allah SWT. Dari iman itu pula lahir sifat sifat yang terpuji pada diri seorang pemimpin seperti;

1. Adil; Dengan iman seorang pemimpin tidak boleh memberikan kepada siapapun berdasarkan keinginannya, tapi memberikan sesuai dengan kehendak ( ridha) Allah SWT. Begitu juga tidak boleh menolak permintaan siapapun berdasarkan dengan keinginannya, tapi harus menoloak dan melarang berdasarkan dengan larangan Allah. Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Rasulullah bersabda sebagai berikut;

مـن أ حـب للـه وا بـغـض للـه وا عـطـي للـه ومـنع للـه فـقـد ا سـتـكـمـل ا لا يـمـا ن ( روا ه أ بوداود)

Artinya: Siapa yang cinta karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menolak karena Allah maka sungguh telah sempurna imnnya.

Dengan sifat adil itu pula seorang pemimpin mampu memisahkan antara walui Allah dan wali syetan, tahu mana yang hak untuk berwala dalam menjelankan amanah adan tahu pula kepada siapa harus berlepas diri ( Bara’).

2. Zuhud; Dengan iman seorang pemimpin melekat pada dirinya sifat ZUHUD, yang dimaksud zuhud bukan berarti benci dunia, tapi tidak memandang dunia besar sehingga tidak diperbudak oleh harta dan jabatan, juga mampu memahami bahwa jabatannya bukan sebuah kekuasaan, tapi adalah amanah yang akan dipertanggung jawabakan, bukan didunia saja taoi terlebih pertanggung jawaban dihadapan Allah. Juga memahami bahwa kematian itu setaip saat mengintai hidupnya, sebagai kontrol yang dapat menjauhkan dari kezaliman.

3. Abdun (Hamba ) Allah, Pemimpin yang beriman, menyadarai kalau kepemimpinan itu adalah pemberian Allah yang sewaktu waktu akan dicabut. Itulah yang melahirkan kepribadian menjelankan tugas tersebat sebagai hamba Allah, bahwa jabatan itu adalah jembatan pengabdian pada Allah, semua tugas dan kewajiban dalam rengka beribadah. Dari pengabdian itu pulah membentuk dirinya menjadi hamba Allah yang IKHLAS, hamba Allah SHALEH dan hamba Allh yang SYUKUR.

*.Bertaqwa; Seorang pemimpin wajib memeliki kepribadian dasar atau lumrah disebut TAQWA. Menurut Ali bin Abi Thalib MUTTAQIN (orang yang bertqwa). Terpada dalam dirinya :

1. Takut hanya pada Allah. Pemimpin tidak boleh memiliki rasa takut selain dari Allah, supaya merdeka dalam menentukan sikap tanpa tekanan, kecuali aturan dari Allah sebagai lambang ketakutan pada azab Allah baik di dunia maupun diakhirat.

2. Ridha terhadap pemberian Allah, walau sedikit. Kepribadian ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin supaya tidak rakus dan tamak dalam memangku jabatan. Baik jabatan yang diletakkan dipundaknya maupun gaji yang diperoleh dari jabatannya mengantarkan dirinya menjadi taat pada aturan Allah.

3. Silaturrahim. Membangun hubungan silaturrahim kewajiban para pemimpin, yang oleh bahasa politiknya “merakyat” dari istilah itu pula pemimpin yang mencintai dan menyayangi rakyatnya, atau menurut makna syariatnya; mencintai rakyat sebagai dasar cinta pada Allah. Menyayangi berarti menjauhkan rakyatnya dari azab dan hukuman Allah.

4. Berharap pertemuan dengan Allah. Pemimpin yang merindukan pertemuannya dengan Allah, mengisi hidupnya dengan amal SHALEH. Keshalehan pemimpin adalah keteladanan ummat.

Dari uraian tersebut yang jauh dari kesempurnaan, menitipkan harapan semoga pemimpin dinantikan ummat dihari depan dengan kepribadian dasar tersubt dapat terwjud. Yaitu PEMIMPIN YANG BERIMAN DAN BERTAQWA. Karena hanya dengan IMAN DAN TAQWA pula yang dapat mengantarkan ummat hidup dalam naungan berkah Allah. Dan kepada Allah kami mohon perlindungan dan ampunan.

Minggu, Maret 29, 2009

PEROSES LAHIRNYA PEMIMPIN

Islam agama samawiyah yang diturunkan oleh Yang Maha Suci, dan yang menerima hanya yang suci pula. Karena itu pula tidak ada yang suci kecuali melalui peroses yang suci, salah satu diantara perkara yang sangat penting dalam Islam adalah pemimpin. Dalam Al Qur'an, oleh Allah SWT mengisahkan tentang sejarah lahirnya pemimpin yang melalui peroses yang suci dan selamat dari pemimpin yang melalui peroses yang kotor nan jahat. Peroses alami manusia dari lahir, pembentukan peribadi dengan cara yang suci, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ( QS Ar Rum : 30 )

Kisah dalam Al Aqur'an tentang lahirnya pemimpin ummat yang membawa risalah tauhid bukan datang dengan tiba-tiba, tetapi melalui proses, seperti kisah para nabi, sebelum menjadi nabi, mereka terperoses lewat kehidupan sehari-hari dengan melakoni dua pekerjaan berat yaitu :
1. Para Nabi sebelum menjadi nabi pernah menjadi pengembala.
2. Para Nabi sebelum menjadi nabi pernah jadi pedagang,

1. Sebagai pengembala kambing, pekerjaan ini merupakan peroses lahirnya pemimpin ummat, karena kambing adalah binatang ternak yang paling susah diatur, bermakna bahwa, menjadi tukang gembala kambing dibutuhkan kesabaran. Gembala kambing adalah pekerjaan yang mulia, karena pekerjaan ini merupakan : (a) pekerjaan para nabi, (b) pekerjaaan ini memproses kepribadian muslim sejati, menjadi sabar, (c) pekerjaan ini adalah pekerjaan yang memproses lahirnya pemimpin, karena menjadi pemimpin dibutuhkan kesabaran dan keyakinan terhadap ayat ayat Allah SWT. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al Qur'an :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.( As Sajadah; 24 )

Menghadapkan wajah pada agama yang lurus (bertauhid) yang benar, merupakan kunci kesuksesan mancapai kesabaran dalam menjalankan tugas suci, sebagai fitrah kemanusiaan, sukses mengatur kambing, dengan menggiring kepadang rumput, memberikan minum, memasukkan kandang dibutuhkan, dibutuhkan kepribadian khusus yang disebut SABAR. Sabar ini pula yang mengantarkan seseorang dapat manjadi pelayan (Pemimpin ) yang baik terhadap rakyatnya. Kalau kambing digiring kepadang rumput dan masuk kandang dengan baik, maka pemimpin menggiring rakyatnya masuk dalam petunjuk Allah, baik dalam bentuk perintah yang wajib diataati, maupun larangan yang wajib untuk ditinggalkan.

Menghadapkan wajah pada agama yang lurus sebagai fitrah, atau asal kejadian manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci, memproses lahirnya pemimpin yang menghargai hak asasi manusia, sebagai realisasi keyakinannya terhadap ayat Allah SWT. Bahagian dari peroses awal lahirnya pemimpin adalah peroses keyakinan tarhadap Allah SWT sebagai pendidikan ketauhidan. Dalam Hadits Rasulullah tentang fitrah manusia sebagai berikut : Setiap manusia lahir dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang memperosesnya menjadi YAHUDI, ATAU NASHARA, ATAU MAJUZI.

2. Pedagang adalah pekerjaan tua didunia ini, dan para pemimpin ummat sebelum menjadi nabi pernah jadi pedagang, apa rahasia perdagangan ?. Dagang adalah pekerjaan yang paling berat untuk berlaku jujur, itulah sebabnya para nabi sebelum menjadi nabi atau pemimpin ummat diproses kejujurannya melalui pernaiagaan. Pelajaran yang paling berharga yang dikisahkan oleh Allah lewat proses kejujuran tersebut adalah, ketika menjadi pemimpin ummat berhenti menjadi pedagang, itulah sebabnya Umar bin Khattab sebelum jadi khalifah menjadi pedagang, dan ketika menjadi khalifah berhenti jadi pedagang. Dagang adalah pekerjaan yang dapat mengantarkan menjadi yakin akan ayat ayat Allah, sehingga lahir kepribadian yang sempurna dan takut terhadap azab dan hukuman Allah, dan terhindar dari pedagang yang culas, merugikan timbangan dan takaran, pantang bohong, dagang lambang kekuasaan terhadap benda mati yang gampang diatur, tapi berintraksi dengan manusia lain dalam aturan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan. Itulah yang disebut kejujuran dan kebenaran.

Proses tersebut merupakan fitrah yang wajib dilewati oleh setiap manusia, sehingga ketika menjadi pemimpin bukan lagi mengurus BENDA MATI, TAPI YANG DIURUS ADALAH BENDA HIDUP. Kalau Terhadap benda mati yang tidak punya akal saja bisa berbuat benar dan jujur apatah lagi dalam mengurus benda hidup yang mempunyai akal, benda mati yang diurus tidak mendengar tidak tahu suara azan, tapi ditinggalkannya benda mati tersebut untuk memenuhi panggilan azan, walaupun benda itu, tidak mengerti tentang panggilan tersebut, bagaimana kalau rakyat yang diurus yang dapat melihat orang yang azan, mendengar, atau yang melakukan azan tersebut. Itulah fitrah yang memperoses menjadi orang jujur. Tidak sedikit pemimpin hari ini padagang sebelum memimpin, memperbesar perdagangannya ketika menjadi pemimpin, Yang hebat lagi tidak tahu dagang ketika rakyat biasa, tiba gilirannya menjadi pemimpin justru ahli dagang, bukan hanya benda mati yang diperdagangkan, tapi juga RAKYAT SEBAGAI BENDA HIDUP YANG DIPERDAGANGKAN.

Pedagang yang sukses, membentuk keyakinan pada dirinya terhadap ayat ayat Allah, akan tampil sebagai pemimpin yang jujur pada rakyatnya, kepercayaan yang terbangun pada diri nabi sebelum menjadi nabi, mendapat amanah khusus menjalankan perdagangan Khadijah, dengan modal kejujuran dan kebenaran, maka ketika diutus oleh Allah menjadi pemimpin (Rasul) tidaklah berat baginya menjadi pemimpin yang jujur dan bertingkah laku yang benar, karena proses tersebut telah dilewti dengan sempurna.

Menjadi gembala kambing atau pedagang, bukanlah merupakan kunci mati untuk menjadi sabar dan jujur, sesungguhnya profesi apapun yang ditekuni ada satu kata kunci yaitu kalimat yang terdapat dalam surah As Sajadah tersebut : PEMIMPIN-PEMIMPIN YANG MEMBERI PETUNJUK DENGAN PERINTAH (URUSAN) KAMI. Bahwa yang dapat menjalankan tugas suci tersebut hanyalah mereka yang memperoses dirinya lewat proses yang suci, sehingga terpadu antara kesabaran dan keyakinan, dengan berbagai macam lapangan pekerjaan.Tidak ada seorang pemimpin yang mampu menggiring rakyatnya masuk kedalam petunjuk Allah, kecuali yang sabar dan yakin dengan ketetapan YANG MAHA RAJA. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, yang artinya “ semua kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban dari yang kalian pimpin.

UJIAN KELAYAKAN PEMIMPIN

Kelestarian alam dan seluruh isinya, baik dalam skala global maupun lokal tergantung dengan kepribadian dan gaya pemimpinnya, karena itu Al Qur`an merangkum secara lengkap sistem kepemimpinan ummat yang lalu sebagai refrensi dasar dalam menatah kepemimpinan ummat diabad modern ini, Dari kepribadian dan gaya yang berbeda seperti; NAMRUD, FIR`AUN, ABU LAHAB, SAMIRI, QARUN dsb, disisi lain Allah SWT menampilkan sosok NABI IBRAHIM, NABI MUSA, NABI MUHAMMAD dan masih banyak yang lain, tidak disebutkan satu persatu. Mau meniru kepribadian dan gaya siapa ?
Dalam Islam menjadi pemimpin bukan hal yang kebetulan dan tiba tiba, tapi melalui ujian yang cukup berat, dimana ujian tersebut bukanlah sebuah batu sandung, tapi batu asah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur`an;

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".( Al Baqarah : 124 ).
Ujian lapangan yang diujikan kepada Nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat yang mengandung perintah dan larangan dijawab dengan sempurnah. Mteri ujian “ beberapa kalimat” berbeda pendapat ulama tafsir, ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ujian tauhid, ada juga yang mengatakan ujian ketaatan, kesabaran dan ada yang berpendapat ujian kebenaran dst yang didalamnya terkadung perintah dan larangan. Lalu siapa yang mengujinya? Diuji oleh Rabb yang Esa dalam kekuasaannya, diuji oleh Rabb yang Maha Kaya. Diuji oleh Rabb yang Maha Tinggi tanpa kepentingan, diuji oleh Rabb yang Maha Benar, tanpa kebutuhan. Ketika lolos dari ujian lapangan tersebut, kata Allah SWT sungguhnya aku akan jadikan pemimpin bagi seluruh manusia. Kisshah ini sebuah renungan bagi para calon pemimpin, disaat mereka melalui ujian kelayakan untuk memperebutkan kepemimpinan, para pengujinyapun dari partai politik yang ditumpanginya, dan tidak sedikit mengalami ujian pertama BERAPA MILLIAR kesanggupanmu?. Atau sebaliknya calon pemimpin yang menguji “ Berapa yang harus saya bayar” ? Catatan sejarah Ummat Islam Indonesia, yang lebih khusus Sul Sel, gonjang ganjing tentang pilgub, bahwa seorang calon gubernur “Aziz Qahar” pada saat itu dimintai uang oleh salah satu partai kualisi, dimana partai tersebut konon partai DA`WAH, sebagai ujian pertama yang harus dilewati, bukan hanya sampai disitu, tapi calon dipimpinpun (rakyat) diuji dengan sama, sehingga melibatkan semua level masyarakat terlibat dalam kejahatan kekuasaan.

Renungan ujian yang disajikan oleh Allah SWT tersebut, bahwa Allah yang menobatkan dan memberikan kepemimpinan setelah lolos melewti ujian dengan sempurnah, tiada satu perintah yang datangnya dari Allah kecuali dilaksanakan sesuai dengan syariatNya, dan tidak satupun larangan yang dilarang oleh Allah kecuali dia mampu meninggalkannya. Itulah sebabnya tidak seorangpun Nabi dan ahlul hikmah yang meraih kepemimpinannya lewat sogokan, kejahatan kekuasaan, premanisme, janji palsu, pemalsuan data, dan menghalalkan segala cara, begitu pula para khalifah setelah para, hasilnya lahir pemimpin yang berkualitas, yang mampu mewujudkan masyrakat yang bertauhid. Dari keseluruhan pemimpin tersebut diuji dilapangan tauhid, dan tidak seorangpun diuji diruangan ber AC.
Dengan lolosnya Nabi Ibrahim AS melewati ujian dengan sempurnah, maka Allah SWT melantiknya jadi pemimpin, Lalu Nabi Ibrahim memohon pada Allah SWT agar keturunannya jiga dijadikan pemimpin ummat, tapi juga setelah melalui ujian seperti firman Allah SWT :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ( Al Baqarah : 155)


Materi aqidah yang diujikan pada pemimpin berupa; Takut, lapar, kekurangan harta, jiwa buah buahan dalam rangka menambah keyakinan mereka pada Allah bahwa, tidak ada yang mampu menghilangkan rasa takut kecuali rasa aman dan tenteram yang dijanjikan Allah SWT. Keleparan yang terindikasi dengan istilah kerisis ekonomi, merupakan ujian bagi seorang pemimpin bahwa, kekenyangan bukanlah satu satunya yang dapat menyelesaikan problematika ummat. Kekurangan harta,jiwa dan buah buahan, merupakan materi ujian yang tidak sedikit orang gagal, karena itu penyelesaian keummatan bukanlah ditentukan dengan banyaknya materi, seperti yang dihambur hamburkankan calon pemimpin hari ini, atau seperti politikus yang menggadaikan partainya yang menyebabkan lahirnya nada miring “SANGAT SUSAH MEMPERCAI ORANG PARTAI JADI PEMIMPIN” . Karena terbukti menjadi pemimpin saja dipartainya berantakan, bagaimana mempin multi partai dan golongan. Kalau mau ditelusuri dinegeri bencana ini, akan lahir sebuah pertanyaan “ Sudah adakah orang partai yang memimpin dinegeri ini sukses?’ Selama akal masih sehat dan hati yang bersih akan menemukan jawaban –belum pernah ada.

Diakhir ayat tersebut yang dapat memberikan jawaban dengan sempurnah adalah kesabaran, karena itu Allah SWT, mengatakan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar. Kesabaran dalam takut, lapar dan segala kekurangan adalah menjaga ketaatan terhadap Allah SWT, baik diseluruh lini ibadah maupun dalam segala lapangan mu`amalah.
Dengan dijadikannya Nabi Ibrahim sebagai pemimpin dan atas dasar permintaannya agar keturunan Nabi Ibrahin juga dijadikan pemimpin, dijawab oleh Allah bahwa janjiku itu tidak mengenai orang orang yang zalim, yang artinya orang yang ZALIM untuk selamanya tidak dirdhai oleh Allah SWT menjadi pemimpin, karena ditangan kekuasaan orang orang zalimlah yang menyebabkan turunnya musibah dan semua jenis bencana. Renungkanlah firman Allah SWT :
وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِداً

Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka ( Al Kahfi; 59).


Memang harus menjadi renungan ummat, bahwa orang zalim bukan hanya tidak diridhai tapi juga mengundang malapataka dan kehancuran, seperti yang kita rasakan sekarang di dunia ini, sementara diakhirat;الظـلـم ظـلـمـا ت يـوم ا لـقـيـا مة ; Kezaliman adalah kegelapan dihari qiamat.

PEMIMPIN SEJATI

Firman Allah SWT :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. ( QS An N ahl : 43 )

Menurut Attabary, Ayat ini memberitakan kepada Nabi Muhammad, bahwa tiada satupun yang diutus oleh Allah SWT menjadi pemimpin ummat sebelummu kecuali RIJAL.Pemimpin ummat yang diutus oleh Allah mereka adalah lelaki yang dikontrol oleh wahyu Allah, atau pemimpin sejati itu terukur, sejauh mana menjalankan kepemimpinan­nya dengan ukuran wahyu ( Al Qur`an ). Siapakah RIJAL yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur`an, yang ideal menjadi pemimpin ummat ?
Firman Allah SWT :
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

Artinya : Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan pengli­hatan menjadi goncang. ( QS An Nur : 37 )

Dalam ayat tersebut terdapat kalimat perniagaan dan jual beli, dimana pekerjaan tersebut selalu menyibukkan manusia yang menyebabkan terjadinya kelalaian, dengan tujuan semua bentuk kesibukan dunia yang membuat pelakunya lalai untuk ingat Allah, mulai dari pekerja keras yang mengurus pertanian, perkebunan, sampai pada level pekerja halus yang mengelola pemerintahan, itulah kesibukan dunia yang melalaikan. Maka seorang pemimpin sejati terpatri dalam dirinya untuk tidak dilalaikan oleh dunia terhadap perkara perkara sebagai berikut;
  1. Ingat Allah, yang berarti melaksanakan segala ketentuan, hukum dan syariatnya.
  2. Menegakkan Shalat, Mendirikan shalat bukan hanya sekedar melaksanakan shalat dari rukun dan syarat shanya tapi juga menjaga nilai shalat dalam segala lini kehidupan.
  3. Membayar Zakat, yang dimaksud disini bukan hanya terbatas pada pembayarannya, bahkan mencakup segala hal yang tersangkut paut dengan zakat, mulai dari pengumpulannya dan orang-orang yang mengumpulkannya sampai pada penyalurannya secara syariah merupakan tanggung jawab pemimpin.
  4. Rasa Takut Akan Kegoncangan Hati, Penglihatan pada sutu hari, Bahwa seorang pemimpin sejati selalu menghawatirkan pada dirinya, kalau hatinya goncang hanya karena jabatan dunianya, dan takut jikalau matanya terpedaya oleh kehidupan dunia, sehingga tidak mampu melihat kebenaran yang hakiki.
Firman Allah SWT :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ

Artinya : Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah ... ( QS Al Ahzab : 23 )
  • Pemimpin sejati hanya dapat ditemukan diantara orang-orang yang beriman, maka ayat ini memberikan isyarat kepada orang yang beriman, kalau mencari pemimpin, cari dari golongan yang beriman. Timbal baliknya siapa yang memilih pemimpin karena uangnya bukanlah tergolong orang yang beriman.
  • Pemimpin sejati adalah mereka yang komitmen dengan janjinya dengan Allah SWT. Komitmen untuk tidak meninggalkan apa-apa yang telah difardukan oleh Allah. Maka kalau ada pemimpin yang menggugurkan janjinya pada Allah, apatah lagi dengan janjinya terhadap sesama manusia.
Dari rijal (Pemimpin) tersebut diatas dengan segala kapasitas yang dimilikinya dengan control wahyu (Al Qur’an) dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai mana para Rasul Allah yang telah sukses mengantarkan masyarakatnya sebagai ummat yang dirahmati oleh Allah SWT. Tugas suci tersebut adalah wajib diteladani oleh seorang pemimpin sejati.

Selain dari kata rijal (Pemimpin), juga terdapat kalimat “Ahlul Zikr” sebagai rujukan dalam mengambil kebijakan jikalau tidak ada pengetahuan terhadap sesuatu. Allah SWT memerintahkan dalam bentuk lafaz umum “maka Tanya ahli zikr jika kalian tidak mengetahui” terlebih kepada pemimpin wajib hukumnya bertanya pada ahli zikr jika dia tidak tahu tentang hal-hal yang menyangkut perkara penyelesaian keummatan.

Apakah " ahli zikr " yang dimaksud dalam dalam Al Qur`an tersebut ?
  • Menurut Ibnu Wahab, Azzikr itu Al Qur`an , Maka Tanya orang yang mengerti tentang Al Qur`an, karena tidak ada permasalahan ummat yang tidak ada penyelesaiannya dalam Al Qur`an.
  • Menurut Ibnu Zaid, Ahli Zikr adalah orang yang mengerti tentang kitab dan qisshah nabi nabi. Bahwa tidak seorang nabi yang diutus melainkan untuk mengurus kaum dan ummat yang dihadapinya, atau pendekatan idial mereka yang tahu tentang Al Qur`an dan hadits.
  • Qurtuby berpendapat, Ahli zikr artinya Ahlul Ilmi, mereka yang memiliki kepasitas ilmu sesudah para nabi yang mampu mengambil istimbat hokum secara syar`I atau para “ulama”, karena ulama adalah pewris Nabi. Karena itu pemimpin sejati adalah mereka yang senantiasa dekat dengan nasehat ulama. Nabi SAW, pernah bersabda dalam haditsnya, ( شـر ا لـعـلـمـاء أقـرب مـن الأ مـراء وشـر ا لأ مـراء أ بـعـد مـن ا لـعـلـمـاء ( رواه ابـن مـا جـة , yang artinya sebagai berikut : “ Sejelek jelek ulama yang dekat-dekat dengan kekuasaan dan sejelek jelek penguasa yang jauh dari ulama ”. Dalam hadits Rasulullah SAW tersebut menerangkan bahwa bukanlah ulama yang mendatangi pemimpin, tetapi pemimpin yang harus senantiasa meminta nasehat ulama dalam mengambil kebijakan, bukan meminta kepada ulama untuk membenarkan kebijakan yang telah diputuskan, Karena semua keputusan yang tidak memiliki landasan syar`i adalah produk hawa nafsu.
Dan diakhir ayat tersebut diatas “jika kalian tidak tahu” yang artinya seorang pemimpin sejati wajib membekali dirinya dengan ilmu, bukan hanya ilmu pemerintahan dengan amanahnya tapi juga harus memahami ilmu yang tersangkut paut dengan syariah, dan ilmu fiqhi. Sebagaimana ungkapan “politik kekuasaan” oleh Salahuddin Al Ayyuby ; AMIRUKUM USTAZDUKUM WASYA`BUKUM LAESA `ABDUKUM. yang artinya : pemimpinmu adalah gurumu dan rakyatmu bukan hambamu. Pernyataan politis ini di ungkapkan disaat dia menjabat sebagai Khalifah (pemimpin). Pemimpin merupakan guru pilihan dan panutan ummat, serta tidak memposisikan rakyatnya sebagai budak, yang kapan dan dimana saja dapat dihina, dicelah, direndahkan, dan dilecehkan. Dengan demikian pemimpin bertanggung jawab mengantarkan rakyatnya menjadi ummat yang dapat memisahkan antara hak dangan yang bathil sebagai amanah kepemimpinan yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan yang ALLAH YANG MAHA KUASA atas kekuasaan yang diberikan padanya didunia ini.

Jumat, Maret 27, 2009

HIJRATUR RASUL

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيم


Artinya : Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( QS At Taubah : 40 ).


Setelah 13 tahun di Mekah bersama dengan para sahabatnya hidup penuh dengan cobaan dan ujian dari penghinaan dan pengolok-olokan yang dilontarkan “kafir Quraisy “ dalam menjalankan risalah TAUHID, bukan membuatnya kecutdan ketakutan, bahkan semaakin teguh terhadap kebenaran dalam rangka mendapatkan ridha Allah, sebagaimana dalam firman Allah :


وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ


Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. ( QS Al Baqarah : 207 )


Dari dua ayat tersebut diatas bahwa peroses hijrah Rasulullah SAW murni kehendak dan ketentuan Allah, sebagai cara untuk menolong hambanya. Ketika Rasulullah SAW berada dalam gua Tsur berdua dengan sahabatnya Abu Bakar Ashshiddiq, lahir kekhawatiran Abu Bakar, karena mendengar hentakan kaki orang orang yang ingin membunuh Rasulullah, itulah Rasulullah berkata pada Abu Bakar jangan bersedih ( berduka cita ) dengan sabdanya : مـا ظـنـك باء ثــنــيـن أ لــلــه ثـالــثـهـمـا bagaimana persangkaanmu yang berdua, bertiga dengan Allah. Peroses hijrah tersebut ssebagai peroses prtentangan antara yang hak dengan batihil, dimana ketika Rasulullah akan hijrah rumahnya dikepung oleh kafir quraisy, sementara waktu itu hanya berdua dengan Ali Bin Abi Thalib, lalu diserahkan tempat tidurnya Kepada Ali dalam usia 16 tahun. Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah tauhid dengan jaminan Allah SWT, dengan firmannya :


وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللّهِ يَجِدْ فِي الأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلى اللّهِ وَكَانَ اللّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا


Artinya : Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS An Nisa : 100 ).


Ketika berada dalam gua tsur selama tiga hari tiga malam untuk menjauhi kesan dari kafir quraisy sebagai sebagai suatu sebab turunnya pertolongan Allah terlepas dari kegelapan kesyirikan dan kejahilan serta khurapat menuju kecahaya iman, kebahagiaan dunia dan akhirat, leawt perjuangan dan kesabaran demi terwujudnya “ Manhaj Rabbaniyah “ , firman Allah SWT :


وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ


Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. ( QS Al Baqrah : 207 )


Hijrah merupakan peristiwa yang sangat agung dalam Islam, baik dalam bentuk historis ( sejarah ) keummatan maupun dalam bentuk sejarah kemanusiaan, karena hijrah awal dari perjalanan tauhid melawan kemusyrikan, iman dan kafir serta antara hak dan bathil, bahkan antara makar kafir dan makar Allah sebagaimana dalam firmannya :


وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ


Artinya : Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya. ( QS Al Anfaal : 30 )


Hijratur Rasul adalah perjalanan tauhid, iman, jihad dan akhlak, sehingga membutuhkan pengorbanan yang besar baik secara peribadi maupun kelompok orang orang yang beriman, bukan hanya sekedar meninggalkan tempat kelahiran terdapat baitullah didalamnya yang merupakan kiblat seluruh ummat islam dunia tapi juga meninggalkan sanak keluarga dan harta benda, sebagai konsekwensi perjuangan tegaknya risalah tauhid dan menjadikan kjalimat kafir pada tempat yang serendah rendahnya serta menjadikan kalimat Allah diatas segala galanya sebagai kalimat yang tertinggi. Renungkan firman Allah SWT dalam Al Qur`an :


وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ’mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung . ( QS Al Hasyr : 9 )


Renungan penting dalam ayat tersebut adalah hijratur Rasul adalah sebuah kejadian yang memerlukan pengorbanan yang besar dengan hasil yang besar lahirnya sifat sifat agung yang ditampilkan oleh kaum “ ANSHAR “ terhadap kaum muhajirin, juga hijratur rasul adalah wadah perekat persaudaraan, dimana sebelumnya belum pernah terjadi.