Senin, April 06, 2009

PENANTIAN KEPEMIMPINAN UMMAT

Setelah jatuhnya Turki Utsmani tahun 1924 M harapan ummat untuk lahirnya kembali PEMIMPIN seperti di era Salahuddin Al Ayyubi sampai kepada Sultan Hamid kedua, menajdi penantian panjang. Kapan dan dimana kepemimpinan itu muncul ? Kerinduan akan lahirnya Pemimpin yang BERIMAN DAN BERTAQWA tidak pernah padam dan surut. Siapa dan bagaimana pemimpin yang dinanti-nantikan ummat itu ? Inilah yang akan disajikan dalam kajian singkat ini:

MA’NA (DEPENISI) PEMIMPIN;

Dari berbagai sudut pandan ulama, tentag pemimpin seperti:

A. Addahlawie ; ا لر يـا سـة ا لـعـا مـة لاقا مـة ا لـد بـن بـا حـيـاء ا لعـلوم ا لد ين وبا قـا مـة الاسلام

Kepala pemerintahan secara umum untuk menegakkan agama dan menghidupkan ilmu agama serta serta melaksanakan seluruh lini kehidupan Islam.

B. Al Tiftaazanie;أ لخـلافـة هـي رئـا سـة عـا مـة في أمـر ا لديـن وا لد نيـا خـلافة عن رسول اللـه

Pemimpin adalah kepala pemerintahan secara umum yang mengatur urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasul menjelankan amanah.

C. Al Mawardie; ا لا مـامـة؛ مـوضـوعـة لخلاف النبوة في حـرا س ا لد ين وسـيا سـة ا لد نيـا

Pemimpin adalah orang yang menjelankan amanah kekhalifaan nabi dalam rangka memelihara nilai nilai agama dan menjelankan politik kekuasaan mengurus kemeslahatan ummat.

Dari pengertian pemimpin tersebut yang didepenisikan oleh Ulama mengandung makna yang sama, tujuan yang sama serta materi yang sama yaitu dalam rangka kemeslahatan ummat dan tegaknya nilai agama dengan terlaksananya ATURAN YANG DISYARIATKAN OLEH ALLAH SWT. Dan siapakah yang dapat memikul beban berat ini? Al Qur`an Sunnah Rasulullah yang memberikan jawaban; Allah berfirman dalam Al Qur`an surah Yunus ayat ; 62 dan 63

Sesungguhnya Wali wali Allah (pemimpin ) yang berwali pada Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, Yaitu orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Dengan demikian pemimpin harus memeliki dua keperibadian dasar yaitu ;

*. Beriman; sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka ayang berwali pada Allah SWT. Yang artinya Mencintai apa yang dicintai oleh Allah, ridha terhadap ridha Allah, benci apa yang dibenci oleh Allah, melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi serta melarang apa yang dilarang oleh Allah SWT. Dari iman itu pula lahir sifat sifat yang terpuji pada diri seorang pemimpin seperti;

1. Adil; Dengan iman seorang pemimpin tidak boleh memberikan kepada siapapun berdasarkan keinginannya, tapi memberikan sesuai dengan kehendak ( ridha) Allah SWT. Begitu juga tidak boleh menolak permintaan siapapun berdasarkan dengan keinginannya, tapi harus menoloak dan melarang berdasarkan dengan larangan Allah. Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Rasulullah bersabda sebagai berikut;

مـن أ حـب للـه وا بـغـض للـه وا عـطـي للـه ومـنع للـه فـقـد ا سـتـكـمـل ا لا يـمـا ن ( روا ه أ بوداود)

Artinya: Siapa yang cinta karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menolak karena Allah maka sungguh telah sempurna imnnya.

Dengan sifat adil itu pula seorang pemimpin mampu memisahkan antara walui Allah dan wali syetan, tahu mana yang hak untuk berwala dalam menjelankan amanah adan tahu pula kepada siapa harus berlepas diri ( Bara’).

2. Zuhud; Dengan iman seorang pemimpin melekat pada dirinya sifat ZUHUD, yang dimaksud zuhud bukan berarti benci dunia, tapi tidak memandang dunia besar sehingga tidak diperbudak oleh harta dan jabatan, juga mampu memahami bahwa jabatannya bukan sebuah kekuasaan, tapi adalah amanah yang akan dipertanggung jawabakan, bukan didunia saja taoi terlebih pertanggung jawaban dihadapan Allah. Juga memahami bahwa kematian itu setaip saat mengintai hidupnya, sebagai kontrol yang dapat menjauhkan dari kezaliman.

3. Abdun (Hamba ) Allah, Pemimpin yang beriman, menyadarai kalau kepemimpinan itu adalah pemberian Allah yang sewaktu waktu akan dicabut. Itulah yang melahirkan kepribadian menjelankan tugas tersebat sebagai hamba Allah, bahwa jabatan itu adalah jembatan pengabdian pada Allah, semua tugas dan kewajiban dalam rengka beribadah. Dari pengabdian itu pulah membentuk dirinya menjadi hamba Allah yang IKHLAS, hamba Allah SHALEH dan hamba Allh yang SYUKUR.

*.Bertaqwa; Seorang pemimpin wajib memeliki kepribadian dasar atau lumrah disebut TAQWA. Menurut Ali bin Abi Thalib MUTTAQIN (orang yang bertqwa). Terpada dalam dirinya :

1. Takut hanya pada Allah. Pemimpin tidak boleh memiliki rasa takut selain dari Allah, supaya merdeka dalam menentukan sikap tanpa tekanan, kecuali aturan dari Allah sebagai lambang ketakutan pada azab Allah baik di dunia maupun diakhirat.

2. Ridha terhadap pemberian Allah, walau sedikit. Kepribadian ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin supaya tidak rakus dan tamak dalam memangku jabatan. Baik jabatan yang diletakkan dipundaknya maupun gaji yang diperoleh dari jabatannya mengantarkan dirinya menjadi taat pada aturan Allah.

3. Silaturrahim. Membangun hubungan silaturrahim kewajiban para pemimpin, yang oleh bahasa politiknya “merakyat” dari istilah itu pula pemimpin yang mencintai dan menyayangi rakyatnya, atau menurut makna syariatnya; mencintai rakyat sebagai dasar cinta pada Allah. Menyayangi berarti menjauhkan rakyatnya dari azab dan hukuman Allah.

4. Berharap pertemuan dengan Allah. Pemimpin yang merindukan pertemuannya dengan Allah, mengisi hidupnya dengan amal SHALEH. Keshalehan pemimpin adalah keteladanan ummat.

Dari uraian tersebut yang jauh dari kesempurnaan, menitipkan harapan semoga pemimpin dinantikan ummat dihari depan dengan kepribadian dasar tersubt dapat terwjud. Yaitu PEMIMPIN YANG BERIMAN DAN BERTAQWA. Karena hanya dengan IMAN DAN TAQWA pula yang dapat mengantarkan ummat hidup dalam naungan berkah Allah. Dan kepada Allah kami mohon perlindungan dan ampunan.