Rabu, Maret 25, 2009

AKHLAQ PEMIMPIN

Kata "akhlaq" adalah merupakan kata yang diwahyukan oleh Allah, dan disabdakan serta diperagakan oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, dari semua lini dan sisi kehidupan. Oleh sebab itu akhlaq yang kita maksudkan bukan moral dalam penggunaan bahasa indonesia, karena akhlaq dan moral berasal dari sumber yang berbeda. Akhlaq yang sumbernya dari wahyu dan sunnah, sementara moral bentuk tata krama yang menjadi kebiaasaan dalam suatu tempat. Akhlaq yang akan kami sajikan tersebut berkaitan dengan pemimpin. Dalam Al Qur`an, Allah SWT mengisyaratkan kepada Nabi sebagai pemimpin ummat dengan membekali kepribadian kepemimpinan dalam sebuah keteladanan sebagaimana firman-Nya :

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti ( berakhlaq ) yang agung. ( Al Qalam : 4 )

Rasulullah SAW sebagai pemimpin dengan akhlaq mulia sebagaimana dalam hadits yang shaheh ; ا نـمـا بــعــثــت لأ تـمــم مـكـا رم الأ خــلا ق
; Sesungguhnya hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Akhlaq yang ditampilkan dalam kepemimpinannya adalah sebagai berikut :

  1. ا لــعـد ل مــع ا لأ قـلـيـا ت
    ; ( Berlaku adil terhadap kelompok minoritas )

    Dalam pandangan syariat Islam yang suci seorang pemimpin meletakkan keadilan terhadap kelompok minoritas dengan jaminan terhadap hak hak mereka tanpa melampaui batas baik terhada pribadi pribadi (person) , harta harta, dan kehormatan serta syiar syiar agama mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Baehaqie :


     

    أ لا مـن ظـلـم مـعـا هـدا أ و نـقـصـه حـقـه أ و كــلـفـه فـوق طـا قـتـه أ و أ خــذ مـنـه شـيـئأ بـغـيـر.طـيـب نـفـس فـأ نا خــصــمـه يـوم ا لــقـيـا مــة

    ( روا ه ا بـو د ا ود وا لـبـيهـقـى )

    Artinya; Tiadalah orang yang zhalim ( melampaui) batas perjanjian atau mengurang hak haknya seseorang, atau membebani beban diluar kemampuannya atau mengambil sesuatu dari padanya tanpa alasan yang benar, maka saya musuhnya pada hari kiamat.

    Dengan akhlaq yang agung bagi seorang pemimpin, memperlakukan dengan seadil-adilnya terhadap kelompok minoritas tersebut.

  2. ا لـمـسـا وا ة ا مـا م ا لـقـا نـون
    ( Persamaan hak dihadapan undang undang/aturan)

    Pemimpin yang berakhlaq meletakkan persamaan hak, baik muamalah, hukum, dan lain lain tanpa memandang antara kaya dan simiskin, pejabat dan rakyat, serta besar dan kecil. Cobalah renungkan betapa akhlaq yang ditampilkan sorang Abu Bakar Shiddik dalam mengelola kepemimpinan yang diamanahkan padanya disertai dengan ungkapannya sebagai berikut :

    ا لـضـعـيـف فـيـكـم قـوي عـنـدي حـتـى آ خــذ ا لـحــق لـه وا لــقـوي فـيـكـم ضــعــيـف عــنـدي حـتـى آ خــذ ا لــحـق مـنـه ا ن شـاء ا لـلـــه

    Artinya : Orang lemah ditengah tengah kalian adalah orang yang disisi saya sampai dia mendapatkan haknya, dan orang kuat ditengan tengah kalian adalah lemah disisi saya sehingga orang yang berhak padanya mendapatkan haknya insya Allah..

  3. حـمـا يـة ا لـكـرا مـة ا لاء نــسـا نـيـة

    (Memelihara kehormatan rakyatnya)

    Kehormatan dan harga diri seseorang adalah perkara tabiat tidak seorangpun yang akan kehilangan harga diri dan maratabatnya, baik perorangan maupun secara kelompok tau bangsa, Maka bahagian dari akhlaq pemimpin adalah mempertahankan, membela dan memelihara kehormatan dan kemuliaan rakyatnya. Karena sesungguhnya kemulian suatu bangsa adalah kehormatan pemimpin, tidak dibenarkan secara syar`i melakukan penghinaan, celaan dan olokan terhadap rakyatnya ketika Allah SWT, yang memuliakannya sebagaimana firman Allah SWT :

    َلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, ...... ( Al Isra` 70 )

Akhlaq pemimpin terhadap rakyatnya menjaga kemuliaan tersebut sebagai wujud kepedulian dalam rangka melahirkan masyarakt yang berakhlaq mulia, sebab tegaknya bangsa karena akhlaqnya. Ahmad Syauqi dalam kaliamt hikamnya mengatakan; "tegak dan mulianya suatu bangsa karena akhlaqnya, jika akhlaq suatu bangsa hilang maka hilang (hancur) pula bangsa itu".

Pertanyaannya kenapa bangsa (Ummat) ini hancur ? Hancurnya kehormatan, sirnanya kemuliaan, hilangnya harga diri, seiring dengan hancur, sirna dan hilangnya akhlaq para pemimpin dinegeri ini. Kepemimpinan hanya merupakan perebutan kekuasaan, pemilih dan calon yang dipilah sama sama menggadaikan akhlaq, lahirlah pemimpin yang catatan hidupnya dari bar bar, kape kape, sabu sabu, pecandu narkotika, bahkan tidak sedikit pemimpin yang tidak punya rasa malu jalan hidupnya bersama denga perempuan yang menjijikkan, menghadapi pemilihan mengalihkan perhatian ummat dengan baju kokonya, tidak ada perkara haram dalam hidupnya.

  1. ا لــحــر يــة
    ( Hak kemerdekaan )

    Kemerdekaan adalah hak asasi kemenusian yang didambakan oleh setiap manusia yang memiliki akal yang sehat dalam tiga hak kemerdekaan :

    1. حــريــة ا لـعـقـيـدة
      ( Hak Kemerdekaan aqidah )

      Kemerdekaan dalam menjalankan keyakinan (aqidah) bagi setiap insan adalah hak asasi manusia, maka pemimpin yang berakhlaq, tidak boleh menghalangi, menakut nakuti, dan mengancam rakyatnya untuk menjalankan syi`ar agamanya, apatah lagi dalam perkara ibadah. Juga tidak ada paksaan dalam memeluk agama berdasarkan pilihan rakyatnya, Allah SWT. Menegaskan disurah Al Baqarah ayat 256; Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (islam).

    2. حــر يــة ا لــفـكـر يـة

      ( Hak kemerdekaan berfikir )

      Hak kemerdekaan berfikir oleh setai ummat adalah hak yang harus dijaga oleh setiap pemimpin supaya rakyat merdeka menentukan sikap selama tida bertentangan dengan syariat yang diturunkan oleh Allah SWT, Gubernur, tidak boleh menekan bupati, bupati tidak boleh menekan camat, camat tidak boleh menekan lurah dan kepala desa dan desa/ lurah tidak boleh menekan rakyatnya, karena rakyat punya hak kemerdekaan, dalam berfikir dan bersikap.

    3. حــريــة ا لــقـول
      (Hak Kemerdekaan Bicara)

      Hak bicara oleh setiap manusia adalah hak kemerdekaan yang oleh pemerintah secara akhlaq tidak boleh melarang rakyatnya untuk bicara, apalagi dalam berpendapat. Dari semua hak kemerdekaan tersebut secara syariah dihormati dan dihargai, Karena itulah Rasulullah dalam menjalankan tugasnya dengan BIMBINGAN WAHYU tidak pernah membatasi hak bicara shahabatnya, bahkan meminta pendapat sahabat, dan itulah yang digambarkan Aisyah (istri Rasul) ketika ditanya tentang akhlaq Rasulullah dengan jawaban " Akhlaqnya Al Qur`an), dan dalam sabdanya Orang pilihan terbaik diantara kalian adalah yang terbaik akhklaqnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar