Kamis, Maret 26, 2009

REFLEKSI KEKUASAAN (Bagian 1)

Firman Allah SWT

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya : Katakanlah Wahai zat Yang memiliki Kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau pulalah yang mencabut kekuasaan kepada siapa yang engkau kehendaki dan Engkau muliakan pada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan pada siapa yang Engkau kehendaki, ditanganmulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engakau maha kuasa atas segala sesuatu. (QS Ali 'Imran : 26)

Dalam ayat ini memberikan keterangan kekuasaan Allah secara mutlak baik dalam hal pemberian kekuasaan, pencabutan kekuasan dan kebajikan. Dan siapakah dengan kekuasaan yang diberikan ol;eh padanya mendapatkan kemulian, baik didunia maupun di akhirat atau salah satu diantara keduanya? Dan siapa pula yang diberikan kekuasaan padanya dihinakan oleh Allah baik didunia maupun di akhirat?

Menurur t Al Alusi dalam tafsir ruhul ma`ani kekuasaan dalam ayat ini ada ada dua yaitu kekuasaan hakiki (kekuasaan Allah SWT) dan kekuasaan majazi atau kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang Dia kehendaki. Pemberian dan pencabutan kekuasan merupakan peroses penggantian dan pengalihan kekuasaan dari seseorang keorang lain atau dari suatu kaum kekaum yang lain seperti peralihan dari Bani Israil dengan diutusnya Nabi Muhammad dari bangsa Arab.Dan dengan peralihan kekuasaan itu pula YAHUDI BANI ISRAIL lahir dendan kasumat terhadap bangsa Arab, terutama pada diri Nabi Muhmmad SAW. Karena tidak seorang manusia yang akan kehilangan kekuasaan.

Dan dalam ayat ini pula memberikan isyarat bagi pemegang kekuasaan dan tahta di dunia yang fana ini, bahwa ada yang dimuliakan dan ada yang dihinakan, lalu siapa dengan kekuasaannya dia mulia dan siapa dengan kekuasaannya dia hina ? Pertanyaan inilah yang akan kami sajikan dalam REFLEKSI KEKUASAAN yang sifatnya majazi dalam dua bingkai yang berbeda.

  1. Mereka yang dihinakan

    Kekuasan Allah secara mutlak, yang dengan kehendaknya melakukan peroses pemberian kekuasaan dan pencabutan kekuasaan pada siapa yang Dia kehendaki baik mereka yang dimuliakan maupun mereka yang dihinakan. Bagi mereka pencari kekuasan dan tahta kedunian, sebagai kekuasaan sifatnya majazi (sementara) lambat atau cepat kekuasaan itu akan hilang dan akan menyisahkan salah diantara dua hal; Mulia atau Hina. Sebelum kita kenal mereka yang dimuliakan oleh Allah baik di dunia maupun diakhirat maka dalam refleksi kekuasaan ini kami dahulukan orang dihinakan oleh Allah SWT. Baik kehinaan di dunia maupun kehinaan diakhirat. Dalam pandangan ulama tafsir pada kalimat :تـذل مــن تـشـآء Allah hinakan pada siapa yang dikehendaki.

    1. KEKUASAAN DAN SIFAT ABU JAHAL

      Menurut Al Alusi bahwa yang dihinakan adalah Abu Jahal ketika Rasulullah menaklukkan kota Mekkah. Yang bermakna bukan hanya Abu jahal saja secara pribadi tapi semua yang satu sifata dan sikap dengan Abu Jahal. Dia penguasa yang musyrik yang menolak kebenaran dan menjunjung tinggi kemusyrikan. Maka Allah menghinakan mereka melalui penaklukan kota mekah tau yang disebut FATHU MAKKAH. Dan itulah kehinaan yang didapatkan diduni sebelum dihinakan diakhirat akibat kekuasaan yang dibangun diataas kejahilan dan kesombongan. Abu Ja`far Attabari dalam tafsir JAMIU`L BAYAN mengatakan :

      هـؤلاءالـذين اشـتـروا ريـا سـة الـحـيـاة الـدنـيـا عـلى الـضـعـفـاء واهـل الـجـهـل

      Artinya: Mereka orang orang yang mendapatakan kekuasaan dunia dengan membeli masyarakat lemah dan orang orang jahil.

      Allah menghinakan mereka dalam dua hal sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur`an surah Al Baqarah ayat 86 :

      فـلا يـخـفـف عـنـهـم الـعـذاب ولا هـم يـنـصـرون

      Artinya : Mereka tidak mendapatkan keringanan AZAB dan mereka tidak mendapatkan pertolongan.

      Seiring dengan itu Rasulullah SAW bersabda :

      ثلاث لايكـلمهـم اللـه يـوم الـقـيامـة ولا يزكيهـم ولايـنظـرالـيهـم ولـهـم عـذاب الـيم شيخ زان ومـلـك كـذاب وعـائل مـسـتـكـبر,

      Artinya : Tiga golongan Yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak dibersihkan mereka dari dosa dosanya dan mereka tidak akan dilihat oleh Allah dan bagi mereka azab yang pedih; orang tua yang pezina Dan PENGUASA YANG PENDUSTA, dan orang miskin yang sombong.

      Dalam ayat dan hadits tersebut ada beberapa model dan cara Allah untuk menghinakan mereka melalui sebuah pintu yang bernama " kekuasaan" . Kekuasaan dan tahta yang dalam genggamannya didapatkan dengan jalan membeli masyarakat lemah dan jahil, maupun dengan kekuasaan tersebut sebagai alat kedustaan dan kebohongan.
      Kekuasaan tahta sebagai simbol dan lambang masyarakat, maka ketika Allah menghinakan mereka dalam bentuk azab di dunia atau yang lumrah disebut dengan bencana, malapataka, kebinasaan, musibah dan kehancuran, maka kesemuanya itu juga berlaku secara umum pada masyakat. Ketika Allah dengan kekuasaanNya yang mutlak mengeluarkan lumpur panas di Siduarjo tida siapapun di dunia ini yang mampu membendungnya. Tidak ada satupun kesombongan ilmu yang tidak gagal dihadapan Allah yang Maha tahu. Tidak ada satupun pemegang tahta dan kekuasaan didunia ini yang tidak tertunduk lesu dihadapan yang maha kuasa. Lapindo adalah contoh kecil diantar sekian banyak deretan kehinaan yang ditimpakan oleh Allah dinegeri yang bernama INDONESIA ini.Tidak cukupkah semua itu menjadi pelajaran dan ibrah. Ataukah mereka yang mengejar tahta dan kekuasaan yang membeli masyarakat lemah dan jahil belum puas dengan kehinaan diduia ini, atau mereka para politisi yang menggadaikan keyakinannya dengan menjajankan pertainya kepada pencari tahta dan kekuasaan. Dan bagaiamana pula nasib ummat ketika para politikus menjadikan masyarakat sebagai barang dagangan? Ataukan kalimat POLITIKUS untuk penguasa dan rakyat, yang artinya : POLI = rakyat, dan TIKUS = penguasa + legislator.

      Rasulullah SAW menggambarkan kekuasaan Abu Jahal dengan mengidentikkan dengan fir`aun dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

      لـكـل أمـة فـرعـون وفـرعـون هـذه الأمـة أبوجهـل

      Artinya: Setiap ummat ada "fir`aunnya" dan fir`aun diummat ini Abu Jahal.

      Rasulullah SAW memberikan penyerupaan sifat antara FIR`AUN dan ABU JAHAL serta memberitakan tentang sifat tersebut selalu ada ditengah tengah ummat. Lalu bagaimana kekuasaan yang sifatnya fir`aunisme? Dan siapakah fir`aun itu ? Didalam Al Qur`an cukup banyak kisahnya. Dia adalah penguasa yang takut kehilangan kekuasaan, maka dia akrab dengan dukun, ahli ramal, tukan sihir dan pembantai. Fir`aun penguasa yang kejam, sehingga dia melakukan pembunuhan terhadap bayi laki dan orang orang yang tidak sependapat dengannya. Maka Allah Yang Maha Kuasa yang memperoses pergantian kekuasaan dari Fir`aun kenabi Musa dengan mencabut kekuasaab fir`aun dengan jalan yang penuh dengan kehinaan yang dikenal dalam sejarah " TENGGELAMNYA FIR`AUN DENGAN BALA TENTARANYA DILAUT MERAH" Peroses pergantian kekuasaan diabad modern ini yang biasa disebut: PILPRES (Nasional), PILKADA GUBERNUR(Propinsi) , PILKADA BUPATI (kabupaten) sampai kepada PILDES tingkat desa merupakan jalan pemberian dan pencabutan kekuasaan untuk mengukur siapa dengan kekuasaan tersebut melahirkan FIR`AUNISME yang menanti datangnya azab sebagai hukuman dari Allah atas kekuasaan dan tahta yang bersumberkan pada salah satu yang disebutkan Rasulullah, bersifat dan bersikap FIR`AUN ATAU ABU JAHAL. Baik fir`aun maupun Abu jahal keduanya bukan nama asli, tapi gelaran yang diberikan oleh Allah atas tindakan, sikap dan sifat yang berlebihan dalam kekuasaannya.

      Fira`un nama aslinya Ramsis dan Abu Jahal nama aslinya Amar bin Hisyam. Mereka yang yang diberi kekuasaan padanya ataukah mereka dicabut kekuasaan darinya menempuh jalan kekuasaan dengan jalan yang hina seperti :

  • Membeli masyakat lemah kecil yang didalam penggunaan bahasa syariahnya "RISYWAH" atau yang lumrah disebut sogok menyogok. Dalam hal ini Raulullah sebagai utusan Allah telah memberikan ancaman yang sekeras kerasnya yang dapat menghinakan bagi pelakunya dengan ancaman neraka.
  • Pembodohan terhadap masyarakat awam. Pembodohan dilakukan dengan bebagai macam metode dan gaya logika logika politik Abu Jahal dan Fir`aun, yang penuh kedustaan dan kesombongan baik lewat visi misi maupun lewat juru bicara (tim sukses) yang melahirkan pernyataan dan ungkapan pembodohan sebagai kepalsuan seperti; PENDIDIKAN GRATIS, MENSEJAHTRAKAN RAKYAT, SETENGAH SHALEH AMAN, SHLEH BERBAHAYA, MENDUKUNG YANG PASTI MENANG, MENGUATKAN DA`WAH WALAUPUN MUSYRIK DAN LAIN LAIN. Yang lebih tragis kalau pembodohan ini justru lahir dari ungkapan golongan golongan yang menyebut dirinya kelompok kajian atau aktivis da`wah, apatah lagi kalau pembodohan itu dilakukan karena harga dunia yang tidak lebih bermakna dari selembar sayap nyamuk.
  • Pemberdayaan premanisme.Cara premanisme ini ditemukan dilapangan politik melalui dua pilar;
  1. Premanisme melalui makar dengan mengempeskan kendaraan orang lain yang ingin bertarung, atau menutup pintu pintu masuk kandidat lain lewat kejahatan kekuasaan dan kekayaan. Melalui politisi busuk yang menjajankan partainya dengan harga dunia yang fana.
  2. Premanisme secara pisik dengan mengumpulkan menuisia manusia durjana yang tidak mengenal hak asasi dan kehormatan kemanusian. Pemberdayaan manusia manusia rusak dan suka melakukan kerusakan, sebagai perbuatan yang terlaknat dan terlarang. Pemberdayaan ini untuk memberi ancaman, tekanan dan ultimatum serta intimidasi terhadap masyarakat lemah dan awam, yang semestinya mendapatkan perlindungan dan kasih sayang.

2. RAKUS DAN TAMAK
  1. Lobak dan tamak ini adalah kata yang memiliki makna yang sama yang disebut rakus. Dalam Islam tamak dikenal dalam dua hal yaitu tamak harta dan jabatan (kekuasaan). Manakah yang paling berbahaya diantara keduanya, dan manakan yang paling banyak mafsadah (kerusakan)nya dan manakah yang paling besar ancamannya? Apapun konsekwensi dan resikonya, tamak adalah sifat yang dibenci oleh Allah SWt dan Rasulnya. Apatah lagi kalau yang tamak itu adalah penguasa. Tamak terhadap kekuasaan atau penguasa yang tamak sumber aslinya adalah syahwat (nafsu). Syahwat yang utama dan pertama adalah kencenderungan menjadi petinggi penguasa dimuka bumi. Kecenderungan syahwat inilah lahirnya keserakahan dan tamak kekuasaan yang menyebabkan hak menjadi batil, bathil menjadi hak dan lahirnya kesombongan serta mengantarkan pelakunya kejalan yang tersesat. Cobalah perhatikan dalam al Qur`an tentang sebuah ketamakan yang diqishahkan oleh Allah SWT. Tentang THALUT sebagai ibrah:

    أ نى يـكـون لـه المـلك عـلينا ونـحـن أ حـق با لملك

    Artinya : Bagaimana Thalut memerintah kami padahal kami yang lebih berhak mengendalikan pemerintahan.

    Mereka menentang ketetapan Allah yang menjadikan Thalut Raja dari masyakat biasa dan miskin sedang mereka dari keturunan Yahuzda. Allah dengan segala kekuasaannya mencabut kekuasaan mereka yang selama ini mengaku dari bansawan dan hartawan, Allah menghinakannya dengan memberikan kekuasaan pada seseorang yang dalam riwayat Thalut penjual air dan tukan samai kulit. Mereka mersa terihina diperintah oleh seorang penjual air. Sebahagian Ulama salaf berpendapat :

    اذا كـا ن ا لــقـد ر حــقـا فـا لـحــرص بـا طـل

    Artinya : Apabila ketetapan Allah haq (benar) maka Tamak (lobak) itu bathil.

    Dalam kalimat HIKAM

ا لــحــرص د اء قـد أ ضــر بـمــن تــرى الا قــلـيـلا كـم مـن حـريـص طـا مـ , وا لحـرص صيره ظليلا

Artinya: Lobak adalah penyakit kronis yang membahayakan bagi para pelakunya betapa banyak orang yang lobak dan tamak, apadahal lobak dan tamak jalan menuju kehinaan.

Tiada kerakusan dan tamak kecuali kehinaan, siapa rakus dengan jabatan dan kekuasaan akan hina dengan jabtannya di dunia karena mengemis pada level masyarakat paling rendah dan lemah. Rakus dengan jabatan, tamak kekuasaan Melahirkan manusia manusia pengemis yang tidak memeliki kepercayaan diri. Jadi peminta minta ditengah rakyat miskin. Dengan jabatan, tidak sedikit mereka yang atadinya zuhud, shaleh rela meninggalkan persudaraannya seiman karena jabatan, bahkan karena partai. Dengan jabatan, tidak sedikit orang islam yang menggadaikan ketakwaannya dan cintanya pada Allah dengan penghormatan dunia. Rakus, tamak dan lobak dalam kekuasaan, membangun kepribadian menjadi kikir dan enggang berkata benar, karena rakus adalah penjelmaan dari hawa nafsu.

Rakus dan tamak adalah penyakit kronis yang merusak tatanan sosial, sehingga Rasulullah mengidentikkan dengan sarigala. Sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya :

مـا ذ ئـبـا ن جـا ئـعـا ن ا رسـلا فـى غـنـم بـا فـسـدا لـهـا مـن حـرص ا لـمـرء عـلـى ا لـشـرف

وا لـمـا ل (رواه ا لتـرمـذي)

Artinya : Dua serigala yang lapar digiring masuk kedalam kandang kambing untuk merusak , orang yang rakus pada jabatan (kekuasaan) dan harta.

Dalam hadits ini Rasulullah menyerupakan orang yang rakus dengan SERIGALA YANG LAPAR. Thamak dan rakus yang diidentikkan Oleh Rasulullah SAW adalah " serigala kelaparan yang berada ditengah-tengah kerumunan kambing peliharaan, dan siap menerkam setiap saat untuk menghancurkan kambing-kambing tersebut. Rakus dan thamak terhadap kekuasaan adalah serigala (pejabat) tinggi dihutan yang tidak pernah kenyang. Rakus dan Thamak kekuasaan (serigala) adalah binatang buas yang menakutkan. Rakus kekuasaan adalah serigala yang mengancam kedamaian, ketentraman, keselamatan, kemaslahatan, rasa aman dan kebahagiaan kambing kambing tersebut (Rakyat lemah). Rakus Kekuasaan dan jabatan adalah serigala yang merampas hak-hak kemerdekaan kambing (rakyat) yang ketakutan. Rakus dan thamak adalah penjelmaan dari hawa nafsu yang mengantarkan sang pelaku kedalam jurang kehinaan yang serendah-rendahnya. Dengan nafsu kekuasaan mereka menggadaikan akhiratnya dengan dunia yang fana. Maka siapa mencari kekuasaan dan jabatan karena nafsu, sungguh mereka menhancurkan agamanya dan amalnya sia-sia, jatuh kedalam kenistaan dan kehinaan. Tidak sedikit orang tamak menganggap kemusyrikan adalah religius, bahkan ada yang menganggap kesyirikan itu setengah shaleh. Mereka menjadikan jabatan dan kekuasaan sebagai sesembahan mereka. Perhatikan firman Allah dalam dalam Al Quran Surah Maryam ayat 81 sampai 83, sebagai berikut :

وَاتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِّيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (۸۱) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (۸۲) أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا ( ۸۳

Artinya : Dan mereka telah mengambil sembahan sembahan selain dari Allah supaya sembahan sembahan tersebut menjadi pelindung bagi mereka (81). Sekali kali tidak, kelak sembahan sembahan itu akan mengingkari mereka, dan kelak sembahan sembahan itu akan jadi musuh mereka (82). Tidakkah kamu perhatikan, bahwa kami telah mengirim syetan syetan itu kepada orang kafir untuk berbuat maksiat dengan sungguh sungguh ? (83).

Rakus Kekuasaan dan jabatan adalah pergolakan nafsu yang mengantarkan kejalan kehancuran dan kehinaan melalui dua pintu:

Cinta kekuasaan dunia dengan perantaraan dunia.

Perburuan terhadap kekuasaan dan jabatan, melahirkan kompetisi yang tidak sehat. Berbagai macam cara dan tingkah laku diluar akal sehat yang menjadi tontonan bagi semua lapisan masyarakat. Akhlak, etika. Moral, adab dan kesopanan, sirna demi kekuasaan. Tidak sedikit mereka yang memburu kekuasaan rela mengorbankan semua kemampuan dunia, demi kekuasaan. Menurut pandangan manusia manusia yang lalai dan tercela, kekuasaan dan jabatan itu tempat terhormat, kedudukan yang tinggi. Demi kekuasaan, bukan hanya mengorbangkan apa yang dimiliki, tapi lebih dari itu, bahkan rela berutang dan memeras pengusaha pengusaha. Demi jabatan, bukan hanya sekedar mengemis terhadap rakyat lemah, tapi juga rela berbohong dan janji janji palsu ala syetan. Demi kehormata, mereka rela menghinakan diri melalui pengihnaan pada masyarakat lemah dengan menghargai masyarakat dua puluh ribu rupiah + selembar baju kaus. Demi pangkat dan kedudukan, mereka rela merendahkan diri dengan menggadaikan kepribadian dan perinsip. Rasulullah SAW. Sebagai manusia peripurnah, dan dengan segala lini kehidupannya menjadi teladan, menyebutkan dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh BUKHARI DAN MUSLIM atau yang lumrah disebut Ashshahehaini:

ا نـا لا نـولي ا مـرنـا هـذ ا مـن سـأ لـه ولا مـن حـرص عـليه

Artinya : Sungguh kami tidak mau dipimpin oleh orang orang yang meminta jabatan dan tidak mau dipimpin oleh orang yang raqkus kekuasaan.

Dan dalam riwayat Bukhari : Sesungguhnya kalian akan memperebutkan kekuasaan dengan tamak, dan kalian akan menyesal pada hari qiyamat.

Dalam hadits ini sangatlah jelas bahwa orang yang dimuliakan oleh Allah memberikan pernyataan untuk tidak mau dipimpin oleh orang yang meminta jabatan dan orang yang rakus kekuasaan. Mafhum mukhalafahnya adalah hanya orang orang yang hina yang mau diperintah oleh orang orang yang dihinakan oleh Allah. Dan dalam hadits yang kedua Tamak dan rakus kekuasaan yang beujung pada sebauh penyesalan dihadapan yang Maha Kuasa. Dalam pandangan ajaran Islam penyesalan dihari pembalasan dihadapan yang Maha Kuasa adalah AZAB YANG MENGHINAKAN.

Cinta Kekuasaan dengan perantaraan akhirat

Kekuasaan adalah jabatan yang diinginkan oleh manusia, bukan sekedar sesuatu yang diperebutkan tapi juga menjadi alat pemecah dan perselisihan, baik perorangan maupun golongan. Kekuasaan adalah ajang perseteruhan yang melahirkan komplik yang bekepanjangan, sehingga tidak sedikit pencari jabatan mengatas namakan agama untuk menggapai KEKUASAAN. Mereka menggadaikan akhiratnya karena cintanya pada kekuasaan, dan benar firman Allah dalam Al Qur`an Surat Al Baqarah ayat 86 yaitu :

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُاْ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآَخِرَةِ فَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ

Artinya : Mereka itulah orang yang membeli kehidupan duni dengan akhirat, maka tidak akan diringankan

siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.

Ayat ini diturunkan oleh Allah dengan qishshah Bani Israil yang saling membunuh dan saling mengusir dan menciptakan permusuhan, tiada lain karena karena tamak dan rakus, dalam memperebutkan kekuasaan. Maka Allah menghinakan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Qishshah ini juga menerangkan sifat dasar YAHUDI BANI ISRAIL yang mengatasnamakan agama untuk dunia, sifat tersebut selalu ada sebagaimana yang dirasakan dalam sistem perebutan kekuasaan dan jabatan diabad moderen ini. Tidak sedikit golongan yang mengatas namakan agama untuk jabatan dan kekuasaan, bertebaran partai yang mengatsnamakan ISLAM DAN DA`WAH. Hati hatilah terhadap pencari kekkuasan, jabatan, kedudukan dan cintam hormat. Mereka yang menggadaikan agama untuk kekuasaan, sesungguhnya mereka adalah orang orang yang kehilangan akal sehat ( gila jabatan dan gila hormat). Rasulullah SAW menyebutkan salah satu diantara empat perkara yang menyebabkan lahirnya kesenseraan adalah RAKUS TERHADAP DUNIA. Kesenseraan yang kini melanda ummat tidak lain adalah karena para pencari jabatan yang tidak mampu memilah antara yang hak dan bathil, syirik dianggap religius, perdukunan setengah shaleh, sogok menyogok dermawan. Penyebab kesenseraan adalah kerakusan para pejabat dan penguasa.

3. PENGUASA MUJRIM.

Dalam Al Qur`an Allah SWT berfirman :

  1. وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجَرِمِيهَا لِيَمْكُرُواْ فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلاَّ بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

    Artinya: Dan demikianlah kami jadikan pada tiap tiap negeri penguasa yang mujrim untuk melakukan makar dalam negerinya, dan mereka tidak memperdayakan ( buat makar) melainkan untuk dirinya sendiri sedang mereka tidak mengetahuinya. (QS Al An`am : 123)

    Dan dalam potongan ayat berikutnya:

    ُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُواْ صَغَارٌ عِندَ اللّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُواْ يَمْكُرُونَ

Artinya: Akan ditimpakan orang orang yang mujrim kehinaan disisi Allah dan azab (siksa) yang keras

disebabkab perbuatan makar yang mereka lakukan

Siapakah PENGUASA MUJRIM yang disebutkan Allah dalam Al Qur`an dan pantas dihinakan oleh Allah SWT ?
Dan siapakah penguasa mujrim dan mengapa mereka dihinakan ?. Dalam ayat tersebut kalimat: أ كـا بـر مـجـر مـيـها Menurut ATHTHABARI dalam Tafsirnya Jami`ul Bayan: Penguasa yang berbuat kemusyrikan dan pelaku kemaksiatan (durhaka). Melakukan makar dalam negerinya dengan ungkapan, pernyataan yang indah, menawan dan mempesona, tapi perbuatan dan tingka laku yang bathil. Contoh makar yang dilakukan penguasa; PENEBANGAN HUTAN SECARA LIAR MENYEBABKAN BANJIR.

  1. Liar artinya penebangan yang dilakukan oleh rakyat, penebangan apa namanya yang dilakukan sang penguasa?
  2. Jakarta yang langganan banjir, hutan apa yang ditebang?
  3. Bukankah banjir itu air hujan dari langit yang diturunkan dari sang maha kuasa?
  4. Siapakah diantara penguasa dan pejabat yang dapat menahan setetes air hujan yang diturunkan Allah dari langit?
  5. Bukankah hukuman dan azab yang menghinakan akibat kejahatan kekuasaan?.

Kalimat penebangan liar sebuah pernyataan yang menakjubkan untuk menjaga kelestarian hutan, tapi apa daya itu hanya makar, penebangan hutan bukan pekerjaan yang enteng, tapi pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra. Ekstra pekerjaannya dan ekstra ketika dibongkar dikantor aparat, lebih ekstra lagi memakan hasil keringatnya rakyat kecil. Legalisasi tempat-tempat kemaksiatan adalah kedurhakaan para pembesar, pejabat dan penguasa yang mujrim. Para pencari jabatan dengan praktek perdukunan, sesajian, kemusyrikan yang mengundang musibah dan murka Allah SWT.

Kata Abu Ja`far Aththabari: mereka tidak rasa kalau kejahatan dan makar yang mereka lakukan dalam negerinya, telah dipersiapkan oleh Allah SWT azab yang amat pedih. Baik di dunia maupun diakhirat. Dan dalam potongan ayat tersebut terdapat akalimat :

ســيصـيب ا لـذيـن أجـرمـوا صـغـا ر عـنـدا لـلــه


Allah SWT akan menimpakan kehinaan terhadap kejahatan yang mereka lakukan. Kehinaan dan kerendahan yang ditimpakan Allah akaibat perbuatan makar atau tipu daya yang mereka lalkukan, sebagai simbol kemusyrikan dan lambang kedustaan terhadap kebenaran yang datangnya dari sang pemberi dan pencabut kekuasaan. Kalimat kalimat yang indah dan bersahaja yang sering kita dengarkan yang keluar dari mulut para pejabat adalah makar (tipu daya) yang membuat rakyat lemah dan tidak berdaya.

1 komentar:

  1. Artikel ini dibagi beberapa bagian dan Insya Allah pada versi yang lengkap dalam waktu dekat akan diterbitkan menjadi buku

    BalasHapus