Minggu, Maret 29, 2009

PEMIMPIN SEJATI

Firman Allah SWT :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. ( QS An N ahl : 43 )

Menurut Attabary, Ayat ini memberitakan kepada Nabi Muhammad, bahwa tiada satupun yang diutus oleh Allah SWT menjadi pemimpin ummat sebelummu kecuali RIJAL.Pemimpin ummat yang diutus oleh Allah mereka adalah lelaki yang dikontrol oleh wahyu Allah, atau pemimpin sejati itu terukur, sejauh mana menjalankan kepemimpinan­nya dengan ukuran wahyu ( Al Qur`an ). Siapakah RIJAL yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur`an, yang ideal menjadi pemimpin ummat ?
Firman Allah SWT :
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

Artinya : Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan pengli­hatan menjadi goncang. ( QS An Nur : 37 )

Dalam ayat tersebut terdapat kalimat perniagaan dan jual beli, dimana pekerjaan tersebut selalu menyibukkan manusia yang menyebabkan terjadinya kelalaian, dengan tujuan semua bentuk kesibukan dunia yang membuat pelakunya lalai untuk ingat Allah, mulai dari pekerja keras yang mengurus pertanian, perkebunan, sampai pada level pekerja halus yang mengelola pemerintahan, itulah kesibukan dunia yang melalaikan. Maka seorang pemimpin sejati terpatri dalam dirinya untuk tidak dilalaikan oleh dunia terhadap perkara perkara sebagai berikut;
  1. Ingat Allah, yang berarti melaksanakan segala ketentuan, hukum dan syariatnya.
  2. Menegakkan Shalat, Mendirikan shalat bukan hanya sekedar melaksanakan shalat dari rukun dan syarat shanya tapi juga menjaga nilai shalat dalam segala lini kehidupan.
  3. Membayar Zakat, yang dimaksud disini bukan hanya terbatas pada pembayarannya, bahkan mencakup segala hal yang tersangkut paut dengan zakat, mulai dari pengumpulannya dan orang-orang yang mengumpulkannya sampai pada penyalurannya secara syariah merupakan tanggung jawab pemimpin.
  4. Rasa Takut Akan Kegoncangan Hati, Penglihatan pada sutu hari, Bahwa seorang pemimpin sejati selalu menghawatirkan pada dirinya, kalau hatinya goncang hanya karena jabatan dunianya, dan takut jikalau matanya terpedaya oleh kehidupan dunia, sehingga tidak mampu melihat kebenaran yang hakiki.
Firman Allah SWT :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ

Artinya : Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah ... ( QS Al Ahzab : 23 )
  • Pemimpin sejati hanya dapat ditemukan diantara orang-orang yang beriman, maka ayat ini memberikan isyarat kepada orang yang beriman, kalau mencari pemimpin, cari dari golongan yang beriman. Timbal baliknya siapa yang memilih pemimpin karena uangnya bukanlah tergolong orang yang beriman.
  • Pemimpin sejati adalah mereka yang komitmen dengan janjinya dengan Allah SWT. Komitmen untuk tidak meninggalkan apa-apa yang telah difardukan oleh Allah. Maka kalau ada pemimpin yang menggugurkan janjinya pada Allah, apatah lagi dengan janjinya terhadap sesama manusia.
Dari rijal (Pemimpin) tersebut diatas dengan segala kapasitas yang dimilikinya dengan control wahyu (Al Qur’an) dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai mana para Rasul Allah yang telah sukses mengantarkan masyarakatnya sebagai ummat yang dirahmati oleh Allah SWT. Tugas suci tersebut adalah wajib diteladani oleh seorang pemimpin sejati.

Selain dari kata rijal (Pemimpin), juga terdapat kalimat “Ahlul Zikr” sebagai rujukan dalam mengambil kebijakan jikalau tidak ada pengetahuan terhadap sesuatu. Allah SWT memerintahkan dalam bentuk lafaz umum “maka Tanya ahli zikr jika kalian tidak mengetahui” terlebih kepada pemimpin wajib hukumnya bertanya pada ahli zikr jika dia tidak tahu tentang hal-hal yang menyangkut perkara penyelesaian keummatan.

Apakah " ahli zikr " yang dimaksud dalam dalam Al Qur`an tersebut ?
  • Menurut Ibnu Wahab, Azzikr itu Al Qur`an , Maka Tanya orang yang mengerti tentang Al Qur`an, karena tidak ada permasalahan ummat yang tidak ada penyelesaiannya dalam Al Qur`an.
  • Menurut Ibnu Zaid, Ahli Zikr adalah orang yang mengerti tentang kitab dan qisshah nabi nabi. Bahwa tidak seorang nabi yang diutus melainkan untuk mengurus kaum dan ummat yang dihadapinya, atau pendekatan idial mereka yang tahu tentang Al Qur`an dan hadits.
  • Qurtuby berpendapat, Ahli zikr artinya Ahlul Ilmi, mereka yang memiliki kepasitas ilmu sesudah para nabi yang mampu mengambil istimbat hokum secara syar`I atau para “ulama”, karena ulama adalah pewris Nabi. Karena itu pemimpin sejati adalah mereka yang senantiasa dekat dengan nasehat ulama. Nabi SAW, pernah bersabda dalam haditsnya, ( شـر ا لـعـلـمـاء أقـرب مـن الأ مـراء وشـر ا لأ مـراء أ بـعـد مـن ا لـعـلـمـاء ( رواه ابـن مـا جـة , yang artinya sebagai berikut : “ Sejelek jelek ulama yang dekat-dekat dengan kekuasaan dan sejelek jelek penguasa yang jauh dari ulama ”. Dalam hadits Rasulullah SAW tersebut menerangkan bahwa bukanlah ulama yang mendatangi pemimpin, tetapi pemimpin yang harus senantiasa meminta nasehat ulama dalam mengambil kebijakan, bukan meminta kepada ulama untuk membenarkan kebijakan yang telah diputuskan, Karena semua keputusan yang tidak memiliki landasan syar`i adalah produk hawa nafsu.
Dan diakhir ayat tersebut diatas “jika kalian tidak tahu” yang artinya seorang pemimpin sejati wajib membekali dirinya dengan ilmu, bukan hanya ilmu pemerintahan dengan amanahnya tapi juga harus memahami ilmu yang tersangkut paut dengan syariah, dan ilmu fiqhi. Sebagaimana ungkapan “politik kekuasaan” oleh Salahuddin Al Ayyuby ; AMIRUKUM USTAZDUKUM WASYA`BUKUM LAESA `ABDUKUM. yang artinya : pemimpinmu adalah gurumu dan rakyatmu bukan hambamu. Pernyataan politis ini di ungkapkan disaat dia menjabat sebagai Khalifah (pemimpin). Pemimpin merupakan guru pilihan dan panutan ummat, serta tidak memposisikan rakyatnya sebagai budak, yang kapan dan dimana saja dapat dihina, dicelah, direndahkan, dan dilecehkan. Dengan demikian pemimpin bertanggung jawab mengantarkan rakyatnya menjadi ummat yang dapat memisahkan antara hak dangan yang bathil sebagai amanah kepemimpinan yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan yang ALLAH YANG MAHA KUASA atas kekuasaan yang diberikan padanya didunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar