Rabu, Maret 25, 2009

PEMIMPIN DAN NASIB UMMAT

Perjalanan ummat menuju ketingkat yang lebih baik merupakan harapan dalam bentuk khayalan dan penantian yang tak berujung, Semua pakar dan ahli di negeri yang bernama Indonesia telah meluangkan waktu dan segala kemampuannya untuk merobah nasib ummat mengarah ke yang lebih baik, hasilnya adalah "GAGAL". Tidakkah mereka bercermin pada kepemiminan ummat yang lalu, baik yang dikisahkan oleh Allah dalam Al Qur`an maupun yang terekam lewat catatan sejarah keummatan. Atau mereka tidak tadabbur pada Al Qur`an ? Allah SWT mengingatkan hambanya tentang perubahan nasib ummat sebagaimana dalam firmanNya :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Ar Ra`d : 11)

Dalam ayat ini sangat jelas dan terang pernyataan Allah sbb;

  1. Tugas Malaikat Menjaga ( mengikuti ) Manusia

    Catatan Malaikat terhadap perbuatan manusia adalah catatan yang terjaga dan terpelihara, sehingga tidak satupun yang terlepas pantauan Allah SWT dan pengawasan malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT muka belakang, mana ayang pantas diberi ganjaran (hukuman) dan mana disiapkan baginya pahala.

  2. Perubahan Hak Suatu Kaum

    Dalam pandangan semua agama, bahwa tiada kaum tanpa pemimpin, karena itu nasib kaum itu tergantung pemimpinnya, Ketika pemimpin suatu kaum tidak mengerti dan memahami perintah dan aturan Allah SWT. Maka pemimpin itulah penyebab lahirnya kesengseraan, atau sebaliknya jika suatu kaum meolak pemimpin yang mengerti perintah aturan Allah, sehingga menjatuhkan pilihan pada calon pemimpin yang menabur uang dengan janji-janji palsu, maka Allah SWT tidak berhak merubah nasib kaum tersebut. Abu Bakar, Umar, Utsman Ali bin Abi Thalib, dan masih banyak nama lain yang tercatat dalam sejarah kepemimpinan ummat, mereka adalah pemimpin yang sukses merubah taraf kehidupan ummatnya kearah yang lebih baik, bukan karena uang dan janji palsu, tapi karena melalui pendekatan pada Allah.

    Pendidikan dan pelayanan kesehatan secara gratis sejak Nabi Muhammad SAW sudah melakukan dengan baik sebagai pembebasan dari kebodohan ummat, bukan membodoh bodohi ummat, sebagaiamana sabda Rasulullah SAW, dalam sebuah haditsnya; يـا ا بـن آ د م عـلـم مـجـا نا كـمـا عـلمـت مـجـا نـا
    Ajarkan geratis sebagaimana engkau diajarkan gratis. Karena itu PENDIDIKAN SECARA GERATIS adalah " kewajiban" dan bukan prestasi dan propoganda. Begitu pula kesehatan secara GRATIS, Nabi dan para pemimpin ummat sesudahnya telah melakukannya dengan penuh amanah.

  3. Tidak ada yang Dapat Menolak Jika Allah Menimpakan Petaka

Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW pernah bersabda :

صـنـفا ن مـن ا لـنـا س ا ذ ا صـلـحـا صـلـح ا لـنـا س وا ذ ا فـسـد ا فـسـد ا لـنـا س ا لـعـلـمـا وا لأ مـراء

Artinya : Dua golongan dari manusia apabila keduanya baik maka baiklah manusia dan apabila keduanya rusak, maka rusaklah manusia yaitu "ulama dan pemimpin".

Lima belas abad yang silam Rasulullah SAW mewanti wanti ummatnya tentang hancurnya manusia karena pemimpinnya. Disisi lain sejahtra, aman, damai, tenteram, ni`mat,dan bahagia juga karena pemipinnya, karena itu waktu yang digunakan oleh Umar Bin Abd Aziz untuk memperbaiki ummatnya relatif singkat dengan waktu 8 (delapan) bulan, Sudahkah menjadi renungan bagi kita kalau dalam era kegilaan ini sudah lima tahun menjadi pemimpin, justru perubahan kearah yang lebih buruk, tapi merasa diri lebih baik, disaat rakyat semakin sensara, kejahatan marajalela, kemaksiatan tumbuh subur, disaat yang sama pula diseluruh sudut kehidupan terdengar jeritan suara PERUBAHAN, kapan dan dimana perubahan itu terjadi?.

Renungkanlah firman Allah SWT tentag perubahan tersebut :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya : (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( Al Anfal : 53).

Kalau kepemimpinan sebagai amanah yanng mengantarkan pejabatnya menjadi pemimpin yang taat dan bersyukur, sungguh sebuah kenikmatan, karena ditangan pemimpin itulah banyak manusia yang taat dan ditangannya pulalah manusia bersyukur atas ni`mat Allah, Karena itu PERUBAHAN WAJIB HUKUMNYA, sebagaimana wajibnya merobah pemimpin atau tidak memilih pemimpin yang sudah terbukti gagal melakukan perubahan menjadi ummat yang memperoleh ni`mat dari Allah SWT. Peroses memilih pemimpin dan pejabat sekali lima tahun, melahirkan ibrah yang besar, karena setiap lima tahun kita saksikan manusia manusia gagal yang menganggap dirinya berhasil. Diujung ayat tersebut diatas, sesungguhnya Allah SWT Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, sadarkah para pemimpin dinegeri bencana ini, kalau janji yang yang diungkapkan didengarkan oleh YANG MAHA MENDENGAR, baik ungkapan lansung maupun melalui coretan-coretan diatas secarik kain spanduk dan baliho. Tahukah para pemimpin/calon pemimpin dinegiri RIA JENAKA ini, yang dihuni oleh manusia lucu-lucu, kalau uang yang ditabur itu dia tahu oleh Maha mengetahui, dibalik penghinaan terhadap rakyat dengan harga murahan, baik terang terangan maupun sembunyi-sembunyi, apatah lagi kalau menghargai rakyatnya dengan 4/5 nol yang berjejer dikertas kecil ditambah sehalai baju kaos, harus dibayar dengan harga mahal dihari kiamat yang disebut kesengseraan abadi, atau dalam bahasa syariahnya : " Masuk neraka dan kekal didalamnya".

Dalam hadit Rasulullah SAW tersebut diatas bahwa baiknya ummat tergantung dengan baiknya pemimpin, hancurnya ummat tergantung dari rusaknya pemimpin. Kehinaan dan kerendahan kini yang diderita ummat dinegeri yang bernama Indonesia ini, sesungguhnya bersumber dari pemimpin. Rendahnya derajat dan martabat bangsa ini karena yang mengelola pemerintahan (pemimpin) jauh dari kebenaran. Bangsa Indonesia dimata Internasional tidak lebih dari budak, seperti pengiriman TKI dan yang sejenisnya, semua karena kebijakan pemerintah. Renungkanlah wahai orang yang berakal, jika ingin memilih pemimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar